Indrajit Gugur
Perang Alengkadiraja, ternyata juga menewaskan beberapa anak Prabu Dasamuka, Trisirah, Trikaya,
Trimurda,Trinetra semuanya tewas dalam medan laga ketika menghadapi para kesatria Panca wati,
Anoman, Anggada dan Anila. Ketika anak Prabu Dasamuka dengan dewi Sayempraba, bernama
Pratalamaryam maju ke medan laga, maka saudara tirinya Trigangga, anak Sayempraba dengan Anoman,
yang melihat kedatangan Pratalamaryam segera menghampiri. Dimintanya Pratalamaryana agar berpihak pada
Prabu Rama. Pratalamaryam menjadi marah, perkelahian tidak terelakkan. Dalam perkelahian kedua kakak
beradik ini, menewaskan Pratalamaryam. Menambah jumlah putera Prabu Dasamuka yang mati ditangan
pasukan Rama.
Melihat kematian saudara-saudaranya,Bukbis, maju ke medan laga untuk membalas kematian saudara
saudaranya. Dengan kekuatan andalannya sorot api dari mata ketiganya, membuat bala Pancawati banyak
yang tewas terbakar. Secara bergantian satria Pancawati melawan Bukbis. Bukbis, memiliki sorotan api dari
mata ketiganya. Api membakar pasukan Anggada, Demikian pula dengan Anila mengalami hal yang serupa.
Pasukan kera menjerit jerit kepanasan terpanggang api. Melihat kesengsaraan perajurit kera, Wibisana
mengarahkan panahnya ke sekumpulan mega mendung dilangit, hingga hujan turun dengan derasnya. Apipun
padam. Wibisana memerintahkan Anoman untuk membawa kaca cermin dalam menghadapi sinar api
Bukbis. Kaca cermin telah disiapkan oleh Anoman. Perkelahian Bukbis dengan Anoman terjadi. Ketika
mata ketiga Bukbis mulai memancarkan sinar yang menyilaukan mata, Anoman sudah siap menjemputnya.
Anoman segera meloncat kesamping kaca, menghindar dari serangan sinar api, dan menahannya dengan kaca cermin tersebut. Sehingga sinar api yang diarahkan ke Anoman mengenai cermin, dan sinar api yang mengenai cermin, kemudian
berbalik kembali kearah Bukbis, sehingga Bukbis terbakar dengan sendirinya. Pasukan Pancawati bersorak sorai
menyambut kemenangan. Pasukan Prabu Rama semakin maju memasuki wilayah dalam Kotaraja Negeri
Alengka.
saudaranya. Dengan kekuatan andalannya sorot api dari mata ketiganya, membuat bala Pancawati banyak
yang tewas terbakar. Secara bergantian satria Pancawati melawan Bukbis. Bukbis, memiliki sorotan api dari
mata ketiganya. Api membakar pasukan Anggada, Demikian pula dengan Anila mengalami hal yang serupa.
Pasukan kera menjerit jerit kepanasan terpanggang api. Melihat kesengsaraan perajurit kera, Wibisana
mengarahkan panahnya ke sekumpulan mega mendung dilangit, hingga hujan turun dengan derasnya. Apipun
padam. Wibisana memerintahkan Anoman untuk membawa kaca cermin dalam menghadapi sinar api
Bukbis. Kaca cermin telah disiapkan oleh Anoman. Perkelahian Bukbis dengan Anoman terjadi. Ketika
mata ketiga Bukbis mulai memancarkan sinar yang menyilaukan mata, Anoman sudah siap menjemputnya.
Anoman segera meloncat kesamping kaca, menghindar dari serangan sinar api, dan menahannya dengan kaca cermin tersebut. Sehingga sinar api yang diarahkan ke Anoman mengenai cermin, dan sinar api yang mengenai cermin, kemudian
berbalik kembali kearah Bukbis, sehingga Bukbis terbakar dengan sendirinya. Pasukan Pancawati bersorak sorai
menyambut kemenangan. Pasukan Prabu Rama semakin maju memasuki wilayah dalam Kotaraja Negeri
Alengka.
Sementara itu anak kesayangan Prabu Dasamuka, Indrajit atau Megananda, menjadi amat gusar, ketika
melihat saudara saudaranya tewas di
sedang bergerak maju memasuki ibukota Alengka. Indrajit telah siap dengan Pusaka Nagapasa. Panah yang
berbentuk ular naga itu dilepas kearah pasukan Pabu Rama, Panah Nagapasa milik Indrajit menjadikan hujan
ular di
luput kena gigitan ular, yang menjadikan tidak sadarkan diri. Melihat keadaan ituWibisana menciptakan ribuan
burung Garuda, yang segera menyambar nyambar ular ular ciptaan Indrajit. Ularpun habis di makan burung
garuda ciptaan Wibisana. Wibisana kemudian i mendekati Indrajit dan mengingatkan agar Indrajit segera
menghentikan serangan senjata Nagapasa. Indrajit menjadi marah. Ia mengatakan bahwa pamannya,
Wibisana adalah seorang pengkhianat, dan tidak pantas ditaati. Indrajit masih saja menggunakan panah
Nagapasa untuk menyerang pasukan Suwelagiri.Sedangkan burung Garuda terus menerus menghabiskan ular
ular ciptaan Indrajit. .Akhirnya Wibisana melepaskan panah saktinya, yaitu Panah Indrasta ke arah Indrajit,
maka Indrajit,satria Bikungkungpura pun tewas, dan berangsur angsur berubah menjadi mega. Indrajit yng
diciptakan dari mega oleh Wibisana,kembali menjadi mega.
Dengan tewasnya Indrajit, maka ular ular yang menyerang pasukan Pancawati pun lenyap. Namun prajurit
yang terkena gigitan ular beracun tetap sekarat, dan butuh pertolongan cepat. Wibisana memerintahkan
Anoman untuk mencari sejenis daun sandiloto, yang banyak tumbuh di Bukit Arga Jampi,sebuah bukit kecil
di dekat Gunung Maliyawan.
Anoman menjadi gugup ketika melihat Prabu Rama dan Laksmana tergeletak pingsan tak sadarkan diri.
Wibisana terus merawat keduanya dengan baik. Memang serangan Indrajid membawa korban yang sangat
besar. Banyak para punggawa juga para perajurit yang terkapar tidak berdaya. Anoman segera berangkat.
Sesampai di Gunung Maliyawan, Anoman menemukan bukit yang dimaksud oleh Wibisana.
Karena pada waktu berangkat, Anoman menjadi gugup,sehingga ia lupa tidak meyakinkan lagi, nama daun
apa yang tadi diminta oleh Wibisana. Setelah sampai dibukit Maliyawan. Anoman jadi bingung, ia sudah tidak
ingat daun apa yang diminta Wibisana. Akhirnya Anoman mengangkat bukit Argajampi beserta seluruh
tanaman yang ada di atasya dan dibawanya kembali ke daerah pertahanan Pancawati.Wibisana mengambil
daun daunan yang diperlukan untuk menawarkan racun ular berbisa. Para Perajurit dan punggawa, yang
terkena serangan ular berbisa, termasuk juga Prabu Rama dan Laksmana Widagda. setelah mendapat
perawatan, dengan daun dimaksud, mereka terbangun dari pingsannya, dan sembuhlah mereka semua,
termasuk Prabu Rama dan Laksmana yang telah siuman kembali.
Catatan ; Mengenai putera putera Prabu Dasamuka, banyak versinya. Versi lain mengatakan, bahwa Bukbis.
Pratalamaryam dan Trinetra adalah nama satu orang. ***
SELESAI